Dapatkah Budidaya Hidroponik Dikategorikan Organik?

https://cib.bnpparibas/going-bio-sustainable-agricultural-practices/ - Praktik Pertanian Berkelanjutan sedang berada di tengah transformasi struktural untuk mendorong praktik-praktik konvensional beralih menjadi organik

Pendahuluan: Budidaya hidroponik telah menjadi solusi sistem pertanian yang semakin menggiring masyarakat untuk menyadari betapa pentingnya mengonsumsi produk pertanian yang lebih baik tanpa residu pestisida. Budidaya ini sering kali dikaitkan dengan pertanian organik karena produk pertanian ini dijamin tidak mengandung residu pestisida. Namun apakah dengan sama-sama tidak menggunakan residu pestisida budidaya hidroponik dapat dikategorikan organik? Mari kita coba pelajari terlebih dahulu dimulai dari definisi pertanian organik.

Apa itu Pertanian Organik?

Pertanian organik (Organic Farming) sendiri merupakan sebuah metode budidaya pertanian yang sama sekali tidak menggunakan bahan kimia sintetis, tetapi hanya menggunakan bahan-bahan alami seperti pupuk organik (kompos) dan pestisida nabati. Namun, perlu diketahui juga bahwa pertanian organik tidak berarti hanya meninggalkan praktek input bahan kimia sintetis, tetapi juga sangat memperhatikan kesehatan tanah, siklus biologi organisme tanah, meminimalisasi polusi, dan mempertimbangkan dampak sosial ekologi yang lebih luas.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian menghadirkan salah satu metode budidaya yang lebih efisien, yaitu hidroponik. Sebelumnya sudah tahu tentang hidroponik, kan? Kamu bisa menyimak kembali artikel “3 Hal Penting untuk Mengenal Hidroponik bagi Pemula” jika penasaran mengenai budidaya hidroponik. Secara umum, hidroponik merupakan metode budidaya tanaman tanpa tanah, tetapi menggunakan air sebagai media tanam dengan tetap memperhatikan distribusi nutrisi bagi tanaman.

Lalu, mungkin terlintas dalam pikiran kita, apakah komoditas yang dihasilkan dari metode budidaya hidroponik merupakan produk pertanian organik?

1. Berbicara soal jaminan produk organik, tentu hal yang terlintas dalam pikiran kita adalah sertifikasi.

Di Indonesia sendiri, Pemerintah (melalui Badan Standarisasi Nasional) bersama-sama dengan Otoritas Kompeten Pertanian Organik (OKPO) telah mensosialisasikan sertifikasi dan mewajibkan pelaku usaha pertanian organik untuk mensertifikasikan produk hasil usahanya ke Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) nasional yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau LSO Internasional. Meskipun ada sistem hidroponik yang bersertifikat organik, kebanyakan hidroponik tidak organik. Sistem pertanian organik konvensional dan hidroponik tentu sama-sama berusaha menghasilkan produk yang paling bergizi sekalipun metode penanamannya berbeda. Sistem hidroponik sendiri mengandalkan input nutrisi untuk menyediakan nutrisi bagi tanaman. Nutrisi ini mungkin berasal dari sumber organik, namun banyak juga yang berasal dari bahan kimia olahan (sintesis). Selama dosis nutrisi yang dibutuhkan masih terkontrol, banyak petani beranggapan bahwa produk hidroponik lebih bergizi dibandingkan dengan tanaman yang melalui budidaya konvensional.

2. Jika sistem hidroponik memenuhi pedoman yang ditetapkan oleh LSO, maka tentu produk pertanian yang dihasilkan dianggap organik.

Meskipun tidak ada tanah yang digunakan dalam budidaya hidroponik, namun sistem yang menggunakan aktivitas mikroba menjadi langkah dalam memenuhi standar organik bersertifkat. Untuk memulainya, kita perlu memahami sebenarnya proses apa yang terjadi dibalik budidaya hidroponik yang mengindikasikan pertanian organik?

3. Jika kita membandingkan pertanian organik konvensional dengan hidroponik, tentu pertanian berbasis hidroponik merupakan langkah yang sangat menjanjikan.

Agar dianggap organik bersertifikat, nutrisi tanaman harus menggunakan mineral yang tidak diolah. Masalahnya adalah sejumlah mineral yang tidak diolah ini, sekalipun alami, dapat menjadi racun di lingkungan. Sebagai contoh, fosfat yang ditambang mengandung terlalu banyak fluorida dan radium radioaktif, dimana keduanya sangat berbahaya bagi manusia. Bahkan, penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang pun beresiko menimbulkan wabah E-coli dan Salmonella. Sebaliknya, hidroponik yang ditanam di dalam ruangan benar-benar bebas dari bahan kimia dan pestisida sehingga lebih aman. Tanaman juga bisa tumbuh lebih cepat dengan metode hidroponik berkat lingkungan yang terkendali. Ada banyak bukti yang tampaknya menunjukkan bahwa sistem hidroponik menawarkan keuntungan dibandingkan sistem pertanian organik berbasis tanah. Tanaman yang ditanam secara hidroponik memiliki nilai gizi yang lebih baik. Terbukti kandungan vitaminnya 50% lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang ditanam secara organik.

#KamuHarusTau: Organik atau tidaknya hidroponik masih menjadi sebuah perdebatan besar secara Internasional…

Perdebatan yang terjadi di banyak negara sebenarnya seputar defenisi dari pertanian organik itu sendiri. Di Amerika Serikat, pada tahun 2002, The National Organic Program (NOP) kembali mendefinisikan organik dalam Federal Regulations sebagai “Sistem produksi yang … menanggapi kondisi spesifik lokasi dengan mengintegrasikan praktik agronomi, biologis, dan mekanis yang mendorong siklus sumberdaya, mempromosikan keseimbangan ekologi, dan melestarikan keanekaragaman hayati.” Definisi tersebut tentu tidak mengharuskan sistem organik berbasis tanah, tetapi yang terpenting adalah mencakup praktik biologis. Akhirnya, setelah petisi dari David Chapman dan komentar dari The National Organic Coalition, NOP menyatakan bahwa “Produksi hidroponik organik diperbolehkan”. Informasi tersebut diposting oleh NOP dalam website mereka yang bertopik Organic Topics of Interest. Amerika Serikat adalah salah satu dari beberapa negara yang mengizinkan hidropinik diberi label organik. Meksiko, Kanada, Jepang, Selandia Baru, dan beberapa negara di Eropa melarang produk hidroponik dijual dengan label organik di negara mereka.

Pada intinya, sistem hidroponik dapat menghasilkan produk organik jika dalam praktik budidayanya dilakukan input bahan-bahan alami berupa nutrisi organik dan pestisida nabati dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Bila kebutuhan nutrisi dalam sistem hidroponik dikelola dengan baik, kemungkinan besar pestisida juga tidak perlu digunakan sehingga residu pestisida dapat diminimalisasi. Jadi, bagaimana denganmu? Apakah kamu setuju atau tidak jika hidroponik dikategorikan sebagai pertanian organik? Mengapa kamu berpendapat demikian? Suarakan pendapatmu di kolom komentar ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *